Ngomongin Barcelona tak bisa lepas dari La Masia. Era kejayaan Blaugrana sejak dulu selalu identik dengan produk akademi mereka itu. Di era sekarang, ketika Barca terkena krisis keuangan, produk La Masia muncul sebagai alternatif. Taleta muda La Masia menjelma pemain yang dibutuhkan. Mereka bisa diandalkan dan mampu membuat beberapa perubahan.
Siapa sajakah mereka? Dulu Barcelona punya Pique, bek tengah tangguh alumni La Masia yang sukses menjadi salah satu bek terbaik dunia. Namun penerusnya seperti Mark Munessa, Mark Bartra, maupun Andrew Fontas hilang ditelan bumi. Namun kayaknya di musim ini Barcelona kelahiran titisan Pique yang baru. Ia adalah Paul Kubarsi.
Pemain ini baru berusia 16 tahun, namun perawakannya sudah seperti orang dewasa. Ia punya tinggi badan 184 meter, badannya juga kekar. Pokoknya ideal sekali deh untuk menjadi bek tengah. Kubarsi berada di La Masia sejak 2018. Namun uniknya, bakat terbaiknya justru terendus ketika masuk skuad timnas Spanyol U17.
Ketika Piala Dunia U17 di Indonesia, Kuberssi jadi tulang punggung pertahanan La Furia Roja loh. Dari beberapa penilaian performa Kuberssi di level timnas, Xavi lalu mulai percaya untuk mempromosikannya ke skuad senior. Kubersi baru debut di tim senior pada laga Copa del Rey saat melawan Unionista bulan Januari 2024. Namun penampilan apiknya justru muncul ketika ia debut di UCL melawan Napoli. Striker seperti Victor Osimhen dibuatnya tak berkutik.
Dia bahkan didaulat sebagai man of the match di laga tersebut. Belum lagi ketika ia tampil perkasa membendung gempuran dari pemain Atletico Madrid ketika menang 03 di La Liga. Ya, beruntung sekali Barca punya bek seperti Kubarsi. Ia mungkin akan menjadi Pique baru di masa depan. Setelah ditinggal Jordi Alba, bek kiri Barcelona butuh suksesor.
Alejandro Balde awalnya diproyeksikan menjadi suksesornya. Alumni La Masia tersebut sempat tampil oke musim lalu, namun sayang di musim ini ia malah sering dibekap cedera. Tapi tenang, Xavi masih punya lagi bek kiri baru dari La Masia. Ia adalah Hector Ford. Ford satu angkatan dengan Kubarsi, baik di klub maupun timnas.
Namun Ford adalah seorang bek sayap. Ia versatile, bisa bermain sebagai bek kiri maupun kanan. Xavi tahu potensinya. Ford dianggap Xavi sebagai bek cepat yang serba bisa. Karena itu, ia coba promosikan Ford ke skuad senior Barca musim ini.
Debutnya tak kalengkaleng langsung di UCL, yakni ketika melawan Royal Antwerp. Namun penampilan Ford justru banyak disorot di laga Copa del Rey melawan Barbastro. Ford meraih satu asis di laga itu, Bahkan ketika menang 03 melawan Atletico Madrid di La Liga, Ford terbukti tangguh. Sebagai bek yang cepat, ia ternyata juga kuat dalam hal duel. Ya, kehadiran Ford di skuad utama Barcelona mampu menambah kedalaman skuad Xavi.
Ford dan Cancelo bisa saling mengisi posisi bek kiri. Jadi kehilangan permata masa depan seperti Balde tak terlalu berpengaruh. Pasca munculnya Victor Valdes, jarang lagi ada kiper produk La Masia yang sukses lagi. Sejak itu, kiper Barca dihuni oleh kiper asing, yakni Claudio Bravo maupun Marc Andre Ter Stegen. Namun tenang saja Cules, Barca kini punya produk La Masia yang sudah siap diandalkan di masa depan, yakni Inaki Pena.
Ia adalah angkatan lama La Masia Masia tahun 2012. Lama ia berproses, namun justru penampilan apik Pena mulai disorot ketika ia dipinjamkan ke Galatasaray tahun 2022 lalu. Melihat penampilannya makin terasa di Turki, Xavi kepincut membawanya pulang dan diberi kontrak jangka panjang hingga 2026. Xavi yakin, penakan jadi kiper masa depan Barca seperti dulu Victor Valdes. Meski sejak awal musim ini masih saja menjadi ban serep Ter Stegen, Pena masih percaya untuk bertahan bersama Xavi.
Sampai akhirnya ia mendapat berkah ketika Ter Stegen cedera, kiper kelahiran Alicante itu mau tidak mau jadi pilihan utama Xavi. Sejak itulah, Pena mulai menunjukkan kapasitasnya sebagai kiper utama el Barca yang layak. Salah satu penampilan terbaiknya musim ini yakni ketika melawan Atletico Madrid di La Liga pekan ke 15. Barca clean sheet dan menang 10. Tak hanya beberapa penyelamatan dari pena saja yang dipuji namun keterlibatannya dalam built up juga.
Ya, Pena makin diperhatikan sebagai calon kuat pengganti Ter Stegen di masa depan. Jadi nantinya, kalau Barca krisis lagi dan Ter Stegen sudah semakin menua, Barca tak usah pusing beli kiper lagi. Pena sudah siap. Sebagai alumni La Masia, Xavi tak hentihentinya coba mengorbitkan pemain lini tengah baru dari La Masia. Musim ini, ada lagi satu pemain tengah La Masia yang sekarang bisa menembus tim utama yakni Fermin Lopez.
Pemuda 20 tahun tersebut sudah berada di La Masia sejak 2016 silam. Ia berproses sampai akhirnya di musim ini, ia diberi kesempatan Xavi debut di tim utama. Xavi suka gaya bermain model fermin. Meski berposisi asli sebagai gelandang tengah, ia juga bisa bermain di berbagai posisi. Ia bisa mengemban peran dengan sama baiknya ketika dijadikan gelandang serang atau pemain sayap.
Selain punya kontrol bola yang aduhai, Lopez juga punya naluri mencetak gol yang tinggi. Selain itu, penampilannya yang tak grasak grusu seperti Gavi juga disukai oleh Xavi. Fermin kini sedang on fire di Barcelona. Satu golnya menjadi bagian yang mengantarkan Barca lolos ke 8 besar UCL. Selang beberapa harinya di La Liga, satu golnya juga turut andil mencukur Atletico Madrid 03.
Xavi senang dengan perkembangan Fermin yang pesat. Ia tak lagi pusing menata lini tengah Barca ketika ditinggal Gavi maupun Pedri. Ya, Fermin adalah permata baru Blaugrana yang cepat atau lambat akan menjelma jadi bintang besar. Salah satu fenomena produk La Masia yang mencuri perhatian musim ini adalah La Min Yamal. Bayangkan, usianya baru 16 tahun, namun ia sudah memukau dunia dan beberapa kali menjadi penyelamat Barcelona.
Saking hebatnya, Yamaal sempat dijuluki sebagai titisan Messi. Untungnya, Yamaal tahu diri bahwa ia jauh dari kehebatan La Pulga. Ia meminta media tak membesarbesarkan namanya. Yamal takut seperti pemain lain yang gagal setelah dianggap sebagai The Next Messi. Dari segi kesempatan bermain, sama seperti Fermin, Xavi lah yang memberinya banyak kesempatan bermain musim ini.
Sebagai penyerang sayap, Yamal punya dribbling, kecepatan, serta kecerdasan yang mumpuni dalam mengolah si kulit bundar. Bahkan kalau Xavi dengan kemampuannya itu Yamal dianggap bukan seperti pemain usia 16 tahun. Teringat gol penting Yamal ketika Barca menang melawan Mallorca 10 di La Liga pekan ke 28. Sungguh indah, tendangan dengan efek lengkung dari jarak jauh membuat Barca membawa pulang tiga poin. Yama juga sebelumnya mencatatkan brace penting yang menjadi penyelamat Barca ketika hampir kalah dari granat ada di pekan ke24 La Liga.
Yamal adalah fenomena menarik Barcelona. Ia adalah aset berharga masa depan. Namun Barca harus tahu diri, Yamal bukan robot. Jangan terlalu diforsir terus, takutnya seperti Pedri dulu, kelelahan dan rentan cedera. Yamal harus diperlakukan bak permata mahal.
Barca harus hatihati merawatnya.