Kali ini kita akan analisis Barcelona jelang istirahat International break Barcelona semakin kokoh di puncak La Liga Hal ini senada dengan positifnya permainan mereka di tangan Hansy Flick. Sementara saingan terdekat Real Madrid nampak belum stabil. Mereka mengalami kekalahan perdana di UCL atas Lille serta mencatatkan hasil seri kala menghadapi Atletico. Momentum ini dimanfaatkan dengan baik oleh Barcelona yang baru saja menang atas Alaves dengan skor telak 03. Ketika ditanya apakah kabar se asmara ini versi terbaru dari Bayern yang pernah dilaciknya dulu, Flick merespon dengan bilang tidak begitu suka membandingbandingkan.
Ia merasa senang dengan skuad yang dilatihnya sekarang dan Flick mengingatkan bahwa dalam sepakbola perubahan drastis bisa terjadi sangat cepat ini merupakan jawaban yang bijak lantaran sebelumnya Barcelona pernah mengalami kekalahan atas Osasuna dengan skor 42 nah penasaran bagaimana detail racikan taktik Hanci Flick let’s go kita bahas samasama Ada dua formasi pakem yang digunakan Flick diawal musim ini 4231 menggunakan double pivot serta 433 dengan single pivot. Perlu diingat dua formasi ini sebetulnya cukup identik dengan perubahan minor posisi nomor 6 dan nomor 8 saja. Di beberapa match terakhir formasi yang kerap digunakan adalah 4231 atau double pivot. Memang pengisi dua pos ini berbedabeda tiap match. Pada laga versus Alaves Pedri dan casado starter sebagai double pivot.
Tapi jangan terlalu terpaku sama formasi ya karena di lapangan sangat dinamis. Setelah Ferran Torres keluar posisi pemain diubah lagi. Saat ia masih di lapangan, Pedri jadi double pivot atau DM dan disini bisa kita lihat formasi double pivot pun kalau satu pivotnya naik akan jadi single pivot. Kasadu turun sementara Pedri naik dan cenderung sejajar dengan Rafinha yang berposisi sebagai AMP sehingga nampak juga seperti 433 Selain pivot yang dinamis, Frontline atau barisan depan juga sama secara umum struktur lini depan adalah winger kanan yaitu Lamina Yamal yang staywide atau tetap di area sayap. Atacking midfielder atau nomor 10 bisa naik sejajar nomor 9 atau striker, lalu winger kiri yang di klip ini diperankan Rafinha lebih masuk ke tengah.
Sementara kelebaran akan diisi oleh fullback yang naik yaitu Balde. Salah satu kelebihan Frontline Barcelona adalah pergerakan vertikalnya atau naik turun. Kita bisa lihat pada klip ini Lewandowski sebagai striker drop sampai ke area tengah. Namun menariknya Rafinha sebagai winger langsung berubah peran seperti nomor 9 yang akan menjaga panjang lapangan. Yap menjaga panjang lapangan sangatlah penting cara yang sering dilakukan Barcelona era flick ini adalah run in behind dengan run in behind seperti ini, bekline lawan tidak bisa leluasa menerapkan garis pertahanan tinggi karena harus waspada lari kebelakang lini dari pemain Barca.
Menariknya tidak hanya striker, tapi kita bisa lihat disini Rafinha yang diplot sebagai winger juga melakukan ren in behind. Salah satu yang paling menonjol dari Barcelona era Han si Flik ini adalah kemampuannya bermain lebih direct memang sampel masih sedikit namun diawal musim ini terlihat perbedaan antara musim lalu ketika dipegang Xavi Jumlah passing short atau pendek per 90 menitnya menurun sementara mediumnya naik long atau umpan panjangnya naik namun tidak signifikan jumlah umpan perlaga pun menurun. Dengan run in behind yang sebelumnya sudah dijelaskan Barcelona tidak segan mengirim umpan medium atau panjang secara langsung ke depan. Terpenting lagi meski tetap menggunakan built up pendek dari bawah, ketika lawan terpancing maka tidak segan bek mengirim bola ke depan yang banyak diinisiasi oleh Iniho Martinez. Lewandowski yang kerap drop juga memudahkan menerima lepas pass sebagai pemantul.
Lalu di sini Ferran melakukan switch ke Yamal yang memang ditugaskan menjaga lebaran. Lalu Rafina yang bisa bertindak sebagai nomor 9 bisa menggantikan peran Lewandowski yang sudah drop tadi. Permainan direct ini juga membuat Barcelona lebih berbahaya di situasi transisi. Serangan balik Hansiffelik lebih menggigit daripada di era Xavi. Bisa kita lihat pada gol versus Alaves, dimana serangan kilat terjadi sesaat setelah perebutan bola.
Rafinha dengan kemampuan individunya melewati satu bek dan merangsak sendirian ke dalam kotak penalti. Dengan kecepatan tinggi ia tidak egois dan memberikan assist ke Lewandowski. Serangan kilat serta struktur menyerang dengan banyak pemain ini, memungkinkan Barcelona bisa masuk pertahanan dengan unggul jumlah. Semakin lebih banyak pemain, maka semakin besar kemungkinan ada rekan yang tidak dimarking oleh lawan. Salah satu yang menarik di era Hansi Flick ini adalah meningkatnya performa beberapa penggawa.
Sebut saja indigo Martinez serta Kubarsi di belakang, di tengah ada casado yang sebelumnya juga ada Bernnal namun ia mengalami cedera. Lewandowski juga semakin matang di depan dan kemarin mampu mencetak hattrick atau tiga gol di babak pertama saja. Gol ketiganya kemarin diawali dengan konfigurasi double pivot namun satu pivotnya yaitu Eric Garcia naik untuk ekspos ruangan terlini. Dengan cerdik, Casado mampu memberikan umpan dan Eric Garcia juga mampu meneruskan ke Lewandowski. Penyerang nomor 9 ini berada di titik butabag, lalu menerima bola dan dengan finishingnya yang klinis Lewandowski menceploskan bola ke gawang.
Dan pemain yang paling melonjak signifikan adalah Rafinha. Yup dua musim sebelumnya ia masih jadi cibiran pembeliannya yang dianggap flop di tangan Hansi Flick ia berubah bukan sebagai winger yang kerap berada di sayap namun Rafinha diberi lisensi untuk lebih ke tengah dekat dengan gawang bahkan ia beberapa kali diplot sebagai nomor 10 atau attacking midfiller yang banyak terlibat dalam proses bangun serangan. Ketika diplot jadi winger kiri pun, Navinia lebih banyak beroperasi lebih ke tengah. Hansy Flick paham bahwa pemain asal Brasil ini punya kemampuan play making atau menciptakan peluang dengan baik. Lihat saja umpanumpan membuatnya jadi outlet kreativitas Barcelona.
Total pemain berusia 27 tahun ini sudah mengemas empat assist serta lima gol. Ia pun didapuk sebagai kapten musim ini. Keputusan ini sangat tepat, di gol ini terlihat bagaimana ia tidak egois dengan memberikan umpan ke Lewi. Kemampuan untuk kreasikan peluang pun terlihat lewat akurasi umpannya. Rafinha jadi salah satu pilar penting Barcelona di era Hansifly.
Jika temanteman ingat pembahasan Barcelona sebelumnya, anak asuh Hansiflik ini kerap terekspos garis pertahanan tingginya. Ini memang resiko yang diambil pelatih berkebangsaan Jerman tersebut dengan memainkan garis pertahanan tinggi. Menariknya di pertandingan terakhir melawan Alaves, pertahanan yang di galan Indigo Martinez dan kawankawan ini menerapkan taktik offside trap yang bisa dibilang berhasil. Yup Deportivo Alaves mencatatkan 11 kali offside yang tentunya ini bukanlah suatu kebetulan. Backline Barcelona nampak kompak untuk segera naik menjebak offside.
Pun begitu mereka masih harus waspada atas manipulasi offside lawan. Beruntung Inacie Panya cepat keluar untuk membuang bola. Seperti yang dikatakan hal civlik perubahan drastis di sepak bola sangat memungkinkan. Terlalu dini untuk menyebut Barcelona sebagai tim kandidat juara musim ini, namun apa yang dikerjakan Flik diawal musim ini sudah bagus, mengangkat moral tim naik dan bisa jadi lecutan untuk bersaing dengan Real Madrid.